Senin, 23 Juli 2012

DZULKARNAIN --- DALAM KESEJARAHAN CHINA



Oleh : Drs. Achmad Zulkarnain


Dzulkarnain berkata : “Apa yang telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik. Maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan tembok antara kalian dan mereka.” (QS. Al Kahfi (18) : 95).

Info Perkembangan Kota Surabaya / Kajian Islam/ Artikel. Kisah Dzulkarnain berangkat dari salah satu dari tiga perkara yang diangkat kaum Quraisy melalui utusannya yaitu Nadhir bin Harits dan Uqbah bin Abi Muayyath kepada Nabi Muhammad SAW. Perkara yang diajukan adalah tentang seorang laki-laki yang selalu berkelana hingga mencapai ujung timur dan barat bumi, bagaimana beritanya ?.

Kemudian Malaikat Jibril datang membawa Surah Al Kahfi yang berisi jawaban atas pertanyaan diatas, yaitu tentang kisah Dzulkarnain.” Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah, ‘Aku akan bacakan kepada kalian ceritera tentangnya.’ (QS. Al Kahfi (18) : 83)

Tabir rahasia menyangkut kisah Dzulkarnain, tentang perjalanannya, tentang tembok yang dibangun, dan sosok Dzulkarnain dalam kesejarahan cina menjadikan keajaiban Al Qur’an tidak akan pernah ada habis-habisnya.

Sosok Dzulkarnain

Pertama-tama yang perlu dipahami adalah Dzulkarnain yang dikisahkan dalam Al Kahfi berbeda dari sosok pribadi, seperti : Iskandar Maqduni, atau Iskandar Agung, atau Alexander The Great. Sebab sosok pribadi Iskandar Maqduni atau Iskandar Agung, atau Alexander seorang penyembah berhala (musyrik) dan perjalanan yang berhasil dia tempuh sebagai titik akhir adalah Punjab (benua Asia), jadi belum pernah memasuki wilayah Cina. Adapun Dzulkarnain seorang pribadi yang mukmin, yang beriman kepada Allah SWT. Sedang perjalanan Dzulkarnain mencapai “tempat terbit matahari”, dan dilanjutkan sampai ke negeri Cina.

Menurut beberapa literature diduga ada pola kemiripan antara Dzulkarnain dengan Raja Akhnaton (1372 SM s.d. 1354 SM), putra dari Fir’aun Amnihotib III yang tenggelam di laut merah, ketika mengejar Nabi Musa. Adapun Penguasa Mesir atau Fir’aun Amnihotib II adalah Fir’aun Mesir saat Nabi Musa dilahirkan, sebagaimana yang digambarkan Al Qur’an sebagai orang dzalim dimuka bumi, tidak lain adalah bapak dari Fir’aun Amnihotib III.
Al Qur’an surah Al Mu’min mengisahkan adanya “laki-laki beriman”, seperti : “Bagaimana kalian membunuh seorang laki-laki yang mengatakan, ‘Rabbku Allah ………’ “ (QS. Al Mu’min (40) : 28). Laki-laki tersebut tidak lain adalah seorang beriman dari keluarga Fir’aun yang menyembunyikan keimanannya. “ Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. “ (QS. Al Mu’min (40) : 45).

Diduga kuat bahwa yang dimaksud Dzulkarnain tidak lain adalah Akhnaton (Aminihotib IV), putra Raja Fir’aun Amnihotib III. Dia-lah laki-laki satu-satunya yang disebut sejarah Mesir sebagai orang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah berkuasa di Mesir menggantikan ayahnya Raja Fir’aun Amnihotib III, Dialah yang menolak keyakinan nenek moyangnya dan mengajak kaumnya menyembah Allah Yang Maha Esa, yang berakhir dengan munculnya perlawanan sengit dari para dukun sehingga dia keluar untuk mencari tempat terbit matahari.

Akhnaton bukan sekedar laki-laki beriman, melainkan juga seorang Rasul Allah. Sebab tidak ada alasan bagi orang biasa melakukan perlawanan seperti yang dilakukan Akhnaton dan berani membuka agama tauhidnya ditengah-tengah kekufuran, permusuhan, dan kedzaliman kecuali jika dia seorang nabi dan rasul yang diutus oleh Allah.

Bertemu Bangsa Cina

Dzulkarnain melakukan perjalanan hingga sampai ke negeri antara dua bukit, yaitu Cina. Diperkirakan pada tahun 1330 SM, kala itu cina diperintah oleh Dinasti Chang (1330 – 1150 SM). Pada masa itu pula, di Propinsi Henan, kota Zhengzhou, Dzulkarnain diminta bangsa cina untuk membangun tembok pertahanan, sebagai tembok perlindungan dari serangan bangsa Ya’juj dan Ma’juj.

Mereka berkata, “ Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj (atau penduduk benua Asia dan penduduk benua kuda) itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka? “ (QS. Al Kahfi (18) : 94).

Maka mereka (Ya’juj dan Ma’juj) tidak akan pernah bisa mendakinya dan tidak bisa pula melubanginya.” (QS. Al Kahfi (18) : 97).

Hingga apabila dibukakan (tembok) bangsa Ya’juj dan Ma’juj (atau penduduk benua Asia dan penduduk benua kuda), dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (QS Al Anbiya’ 21 : 96) “

Sebagaimana diketahui bahwa Cina adalah negeri yang lekat dengan kekayaan, sumber daya alam, dan sumber daya manusia. Negeri ini juga memiliki banyak pantai yang mendatangkan hasil laut. Keadaan inilah yang menjadikan mereka membutuhkan perangkat dan kekuatan perang untuk melindungi diri dari serangan musuh.

Kekayaan alam dan sumber daya manusia bangsa cina membuat negeri tetangga iri, seperti halnya Mongolia, ingin menguasai sumber-sumber penghidupan di Cina.

Dalam sejarah disebutkan bahwa Mongolia, sebagai bagian dari benua kuda terbesar dan bangsa Ma’juj terbesar senantiasa menjadi pemicu perang dan permusuhan dengan cina, tetangganya. Tercatat Jenghis Khan, Pemimpin Mongolia yang cinta perang, beserta keturunannya telah mengukir sejarah dengan “pembantaian terbesar pada ummat manusia”. Kekejaman yang dilakukannya dirasakan paling hebat oleh bangsa Cina dan bangsa Rusia, karena jutaan rakyat kedua negeri itu menjadi korban pembantaian Mongolia kurun waktu dua (2) abad, disamping harta kekayaannya mereka dirampas.


Mengenai kejahatan yang ditimbulkan bangsa Ya’juj dan Ma’juj. Rasulullah SAW bersabda : “Kalian mengatakan, kalian tidak punya musuh. Kalian tetap akan melawan musuh kalian sehingga keluar Ya’juj dan Ma’juj yang bermuka lebar, bermata sipit, bersosok (atau berkulit kuning) akan turun dari setiap bebukitan, seakan wajah mereka rata bagai permukaan palu.” (HR. Imam Ahmad yang bersumber dari Muhammad bin Basyar, dari Ibnu Harmalah, dari bibinya).

Di dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, seputar Ya’juj dan Ma’juj, kepada istrinya, Ummul Mu’minin Zainab bint Jahsy, sebangun dari tidurnya, sedangkan mukanya memerah : “Tiada Illah selain Allah. Celaka orang-orang Arab akibat kejahatan yang kian dekat. Tembok pemisah (perlindungan dari) telah terbuka, seperti ini, “Beliau sambil melingkarkan ibu jari dan telunjuknya. Zainab berkata, “Kataku, wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedang ditengah-tengah kita terdapat orang-orang saleh?”. Beliau menjawab, Ya, jika kejahatan merajalela.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dari Yahya bin Bakir, dari Al Laits, dari Uqail, dari Ibnu Syihab, dari Urwah bin Zubair bahwa anak Perempuan Abi Salamah meriwayatkannya dari Umm Habibah bint Abi Sufyan dari Zainab bint Jahsy.)

Kebenaran Al Qur’an

Kisah Dzulkarnain dan Ya’juj Ma’juj menjadi perhatian Nabi Muhammad SAW karena Al Qur’an sendiri telah membahasnya, ada beberapa hal yang menjadi catatan atas kisah ini :

1. Dzulkarnain yang dikisahkan Al Qur’an adalah seorang rasul yang diutus Allah SWT. untuk bangsa cina, sebagaimana disebutkan “orang (laki-laki) yang beriman” dalam QS Ghaafir (40) : 23-46.

2. Dari segi bahasa. Ternyata Al Qur’an menyebutkan Ya’juj dan Ma’juj dari bahasa aslinya yaitu bahasa cina, Ya’juj (Ya’ berarti Asia dan Jou berarti Benua) dan Ma’juj (Ma’ berarti Kuda dan Jou berarti Benua), sedangkan Al Qur’an diturunkan dalam bahasa arab yang nyata dan di zaman Rasulullah SAW. , bahasa cina tidak diketahui dan tidak dikenal oleh orang-orang arab.

3. Tembok cina yang dibangun Dzulkarnain merupakan bukti keagungan dan kebenaran Al Qur’an, karena Al Qur’an menjelaskan tujuan pembangunan tembok tersebut sebagaimana permintaan orang-orang cina. Oleh karenanya Al Qur’an menyebutkan tembok pertahanan (Ar-Radm). Tembok cina kini telah berusia 3330 tahun. (QS. Al Kahfi (18) : 94).

4. Zubar al-hadid atau campuran besi, itulah sebutan dalam Al Qur’an. Unsur besi dalam struktur bangunan tembok pertahanan. Orang-orang cina pada masa Dinasti Chang belum mampu membangun tembok pertahanan yang kuat. Sedangkan Dzulkarnain saat itu sudah memiliki pengetahuan yang cukup dibidang ilmu kimia dan teknologi pembuatan bahan baku tembok Dzulkarnain, unsure kimia tanah ringan, seperti : magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Stronium (Sr), Barium (Ba), Radium (Ra), Beryllium (Be), dan unsur kimia Besi (Ferrum = Fe), unsur-unsur ini yang dipakai untuk proses persenyawaan kimiawi bahan baku pembuatan tembok pertahanan.

5. Fenomena kerusakan. Sejarah tentang kekejaman yang dilakukan oleh bangsa Ya’juj dan Ma’juj telah diungkap dalam Al Qur’an, sejarah telah mencatat kekejian dan pembantaian yang dilakukan bangsa Mongolia. Dimasa sekarang dan mendatang kita masih dihadapkan pada fenomena kekuatan dan ancaman Ya’juj dan Ma’juj, seperti : munculnya Asianisme yang Mematikan (The Dangerous Rise of Asianism), setidaknya telah nampak tanda-tanda bahwa Ya’juj dan Ma’juj telah “Menggeliat” dan bias jadi telah “terjaga”.

Bagaimana pun, kebenaran kisah Dzulkarnain yang diceriterakan Al Qur’an, dan Sebutan Ya’juj dan Ma’juj yang dituturkan sebagaimana bahasa aslinya, bahasa Cina, hal ini menunjukkan betapa salah satu Mu’zijat Al Qur’an berlaku dari ribuan tahun lalu hingga sekarang, bahkan dimasa mendatang.


Sumber :

Syaikh Hamdi bin Hamzah Abu Zaid, Munculnya Ya’juj & Ma’juj Di Asia : Mengungkap Misteri Perjalanan Dzulqurnain Ke Cina, Penerjemah Gazi Saloom, Dedy Januarsyah, Penerbit Almahira, Jakarta, 2007.(Red/Zul/Info Perkembangan Kota Surabaya/Kajian Islam/Artikel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar