Selasa, 15 Januari 2013

Mengenal Sosok Syeikh Siti Jenar

Syeikh Siti Jenar, atau dikenal dengan nama Syeikh Abdul Jalil, atau Syeikh Lemahabang yang lahir sekitar tahun 1426 M di Lingkungan Pakuwon Caruban (Keraton Cirebon, sekarang). orang tuanya Syeikh Datuk Shaleh. pada usia 5 tahun Syeikh Siti Jenar dididik agama Islam dan kerokhanian dibawah asuhan Syeikh datuk Kahfi. setelah usia 15 tahun Syeikh Siti Jenar menimba ilmu di Pajajaran, pada tahun 1448 -1450 ke palembang menimba ilmu tentang hakikat ketunggalan alam semesta dalam konsep Nurun 'ala Nur (Cahaya Maha Cahaya), Dari Palembang perjalanannya diteruskan ke Malaka untuk menjalankan bisnis sebagai pedagang emas dan barang kelontong. dari pergaulannya di Malaka ini Syeikh Siti Jenar mendapat julukan Syeikh Abdul Jalil sebagai nama sufi.

Beberapa Kitab dipelajari Syeikh Siti Jenar sewaktu study di Baghdad, ada beberapa kitab yang menarik perhatiannya seperti : Kitab Haqiqat al-Haqa'iq, Kitab Al-Manazil al-Ilahiyah, dan Kitab al-Insan al-Kamil fi Ma'rifat al-Awakhiri wa al-Awamil, Ketiga kitab ini karya puncak dari Syeikh 'Abdul Karim Al-Jilli.

Seusai menunaikan ibadah haji, Syeikh Siti Jenar bergabung dengan para ulama sufi yang bernama Jama'ah Karamah al-auliya' atau dewan wali internasional. Dalam kesempatan pertemuan tahunan Syeikh Siti Jenar dipilih dan dinobatkan menjadi salah satu anggotanya dengan gugus tugas penyiaran agama Islam di tanah jawa menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar dan Abdurrahman Muttaqi al-Jawy.

Ketika Syeikh Siti Jenar bergabung dengan majelis Walisanga dan diberi tugas mengajarkan Syahadat danTauhid, saat itu mulai muncul adanya perbedaan antara Syeikh Siti Jenar dengan para dewan Walisanga.

Syeikh Siti Jenar berpandangan bahwa  materi yang harus diajarkan itu terlalu dangkal, oleh karenanya Syeikh Siti Jenar mengajarkan Sasahidan serta Ilmu Ma'rifat serta hakikat dalam bentuk sufisme wujudiyah.

Kebijakan Syeikh Siti Jenar ini bertentangan dengan pandangan para dewan Walisanga, menurut Dewan walisanga bahwa ilmu kesempurnaan itu tidak harus diajarkan secara umum karena dikhawatirkan adanya salah persepsi. Ilmu Kesempurnaan itu setidaknya dikonsumsi oleh kalangan tertentu sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki sang murid.


Pengetahuan Agama Islam Dan Pengalaman Spiritual Pribadi

Syeikh Siti Jenar beranggapan bahwa pengetahuan agama yang dimiliki seseorang tentang kebenaran ketuhanan diperolehnya melalui dalam diri manusia itu sendiri, inilah yang disebut kesadaran subyek terhadap obyek.. Dalam pandangan syeikh Siti Jenar, bahwa Tuhan adalah Dzat yang mendasari dan sebagai sebab adanya manusia, flora, fauna, dan segala yang ada, sekaligus menjiwai segala sesuatu yang berwujud, yang keberadaannya tergantung pada adanya dzat itu.

Tentang Kaitannya dengan konsep Manunggaling Kawula Gusti, sebenarnya konsep ini bukan ajaran yang dibawakan oleh Syeikh Siti Jenar. Manunggaling Kawula Gusti (MKG) bukan suatu ajaran, dan bukan ajaran yang disampaikan Syeikh Siti Jenar.

Manunggalin Kawula Gusti hanya sebatas pengalaman spiritual pribadi dalam konteks religio-spiritual yang bersifat pribadi. Pengalaman Spiritual pribadi yang bersifat tidak terbatas sehingga sulit kiranya (dan tak mungkin) dilukiskan dengan kata-kata yang sanggup dimengeri oleh orang lain. Mereka tidak akan mungkin memahaminya terkecuali mereka harus mengalaminya sendiri.  

Kesimpulannya Bahwa Manunggaling Kawula Gusti bukan ilmu, melainkan sebatas pengalaman spiritual pribadi seseorang, yang dengan sendirinya tidak ada masalah boleh atau tidak boleh, tidak ada ketentuan atau aturan tertentu , boleh dipercaya atau boleh juga tidak percaya.

Senin, 14 Januari 2013

Daftar Isi Blog Ini :











Artikel
Cerpen
Do'a
Edisi Bisnis
Edisi Tasawuf
Iklan
Kuliner
Libur Nasional

Telepon Penting
Profile
Puisi
Renungan Kata Hari Ini
Rumah Sakit Umum Di Surabaya
Sekilas Info
Supermarket
Tahukah Anda?
Taman Kota
Telepon Penting : Rumah Sakit
Telepon Penting : Kepolisian
Telepon Penting : Taxi
Toko Di Surabaya
Transportasi
Usaha Dan Bisnis Di Surabaya
Wisata
Wanita

Kamis, 22 November 2012

AGENDA LIBUR NASIONAL

   Di Indonesia, kita mengenal beberapa acara yang bersifat nasional. Sebagai anak bangsa tentunya  harus mengetahui. Melalui posting kali ini redaksi menurunkan tulisan tentang agenda libur nasional, yaitu : 
1. Tahun Baru Masehi
2. tahun Baru Imlek ... tahun Cina
3. Hari Raya Idhul Adha
4. Tahun Baru Hijriyah
5. Hari Raya Nyepi
6. Hari Wafatnya Isla Al Masih
7. Hari Maulud Nabi Muhammad SAW
8. Hari Raya Waisak
9. Hari Kenaikan Isa Al Masih
10. Hari Proklamasi Kemerdekaan RI.
11. Hari Isro' Mi'roj Nabi Muhammad SAW.
12. Hari Raya Idhul Fitri
13. Hary Raya Natal (Hari Pertama)

Sabtu, 10 November 2012

Bagian 3 : Sebait Do'a





Siapakah Yang Pernah Mengharapkan Aku Untuk Menghalau Kesulitannya Lalu Aku Kecewakan?
Siapakah Yang Pernah Mengharapkan Aku Karena Dosa-Dosanya Yang Besar, Lalu Aku Putuskan Harapannya?
Siapakah Pula Yang Pernah mengetuk Pintu-Ku Lalu tidak Aku Bukakan?

Syair Sufi : " Malam "



Bintang Di Langit Gemerlapan
Orang Telah Bertiduran
Pintu-Pintu Telah Ditutup
Pecinta Telah Menyendiri

Ketika Aku Ada Di Hadirat-Mu
Sampai Fajar Menyingsing
Siang Segera Menampakkan Diri
Aku Gelisah Soal Amalanku

Bila Diterima Aku Bahagia
Bila Ditolak aku Sedih
Demi kekuasaan-Mu
Kau beri Aku kehidupan
Jangan Usir Aku Dari Pintu-Mu
Aku Tak akan Pergi Karena Cintaku Kepada-Mu
    Telah Memenuhi Lorong Hatiku.
(Rabiah Al-Adawiah)

Syair Sufi : " Ikuti Jalan "




Jangan Membicarakan Kepiluanmu Karena Dia Yang Berbicara
Jangan Mencari-Nya Karena Dia Yang Mencari

Dia Bahkan Merasakan Sentuhan Kaki Semut
Bila Batu Dibawah Air Bergerak Dia Mengetahui

Jika Ada Cacing Di Bebatuan
Dia Tahu Tubuhnya, Lebih Kecil Dari Atom
Suara Do'anya, Dan Maksudnya Yang Tersembunyi

Dia Tahu Melalui Pengetahuan Ilahiah-Nya
Dia Memberi Cacing Makanannya
Dia Telah Menunjukkan Kepadamu Jalan Ajaran.
(Hakim Jami, Seorang Sufi Yang Jenius)

Syair Sufi : " Tangis "




Tumpulnya Mata ... Lemah Lunglainya Tulang
Berlalulah Cita-Cita ..... Manakala Dirimu Tahu

Tentang Semua Ini
Bila Dirimu Menangis
Orang Yang Telah Berlalu ...  Merataplah Kepada-Nya

Yang Memberi Hidup
Tangisilah Dirimu Dengan Sejadi-jadinya
Jika Kamu Ingin Menangis
(Mansur Bin Amar)